Minggu, 27 Agustus 2017

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA , AFIF AUFAL 'IBAT



   IV / C
 


PROPOSAL PENELITIAN
Konstuksi Masyarakat  Malang Terhadap Waria

(Studi Fenomenologi di Kalangan Waria di Malang)



Disusun Oleh :
Afif Aufal ‘Ibat            (201510310311150)






JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya banyak suku dan juga banyak budaya . Saat ini banyak perilaku masyarakat yang menyimpang dari kodrat yang di tetapkan oleh tuhan yang maha Esa seperti halnya pria yang berperilaku seperti wanita atau yang sering dikatakan wanita pria.
 Masyarakat  Indonesia  tidak menerima dengan individu yang berperilaku seperti waria apalagi sampai dengan pernikahan sejenis, karena banyak kita tahu bahwa indonesia merupakan negara yang masyarakatanya memeluk agama Islam dan secara tidak langsung juga mempengaruhi pola berfikir masyarakat, di karenakan juga agama Islam juga melaknat pria yang berperilaku dan berbusana layaknya perempuan.
Menurut :Timbunnews.com, JAKARTA - Kisah Vio merupakan salah satu potret kaum waria yang terpaksa menjajakan dirinya untuk mencukupi kebutuhan hidup.Selain dia, terdapat ratusan ribu bahkan jutaan waria lain yang bernsaib sama.Seperti yang diungkapkan Yulianus Rettoblaut selaku Ketua Forum Waria Indonesia, pada survey 2008, di Indonesia terdapat sekitar tujuh juta kaum waria. Sementara, khusus di Jakarta terdapat sekitar 8.000 waria.
Banyak waria kemudian menjadi Pekerja Seks Komersial atau pengamen jalanan, kata Yulianus atau yang karib disapa Mami Yuli lebih karena terdesak kebutuhan hidup.
“Kenyataannya banyak waria yang diusir dari rumah dan mereka susah menadapatkan pekerjaan.Mereka akhirnya pergi ke jalan demi bertahan hidup. Mereka tidak punya pilihan lain,” kata Mami Yuli.
Jakarta, kata Mami Yuli, menjadi kota tujuan utama bagi waria yang terasing dari kehidupan keluarganya.Itu kenapa jumlah waria di Jakarta terus mengalami pertumbuhan setiap tahun.Meskipun beberapa organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) secara rutin melakukan pelatihan kerja dan menyalurkannya.
“Dari 8.000 waria, sekitar 3.000 di antaranya sudah tertangani. Maksudnya, mereka sudah mendapatkan pelatihan dan bekerja di beberapa bidang usaha, seperti salon, pembuatan kue dan sebagainya.”
“Masalahnya, setiap bulan banyak waria dari daerah yang datang dan mereka terpaksa menjadi PSK karena sulit mendapat pekerjaan. Itu menjadi problem bagi kami untuk mengurangi jumlah waria PSK di Jakarta,” imbuhnya.
Dari mana bantuan itu datang? Menurut Mami Yuli, setiap tahun Kementrian Sosial (Kemensos) rutin memberikan bantuan meskipun jumlahnya tidak terlalu besar, Rp98 juta.Bantuan akan diberikan hingga tahun 2020.
“Bantuan yang diberikan memang untuk jangka pendek. Bentuknya, pelatihan kerja dan pemberian modal. Tapi dengan uang sejumlah itu memang belum bisa menyentuh kaum waria lebih banyak,” jelasnya.
Undang-undang indonesia juga tidak ada yang mencatumkan bahwa  memperbolehkan pernikahan sejenis. Kenyataan yang ada di masyarakat banyak juga pria yang perilaku, cara berinteraksi maupun berbusana seperti perempuan. Ini merupakan suatu perilaku yang tidak patut untuk ditiru.Sekelompok waria biasanya kumpul di jembatan untuk menawarkan dan mempromosikan diri, untuk memuaskan nafsu sex kepada pria yang berminat.
Menurut saya ini sudah termasuk penyimpangan perilaku yang ada di masyarakat Khususnya di Malang.Penyimpangan ini juga membuat resah masyarakat sekitar, masyarakat sekitar merasa risih dengan adanya kelompok kelompok waria di malang ini. Karena mereka melakukan hubungan sex dengan sesama jenis dan sasarannya adalah warga di sekitar.
Namun sampai saat ini juga tidak ada  ketegasan dari pemerintah terkait  adanya kelompok waria ini. Kalaupun ketahuan mungkin hanya di amankan oleh SATPOL PP, namun tidak ada pembinaan yang tepat. Saya di sini sebagai peneliti ingin mengetahui kontruksi masyarakat dengan adanya waria.



Dunia waria, wadam atau banci, merupakan bentuk kehidupan yang unik bagi banyak orang. Secara fisik mereka adalah laki-laki normal, memiliki kelamin yang normal, namun mereka merasa dirinya perempuan, dan berpenampilan tidak ubahnya seperti kaum perempuan lainnya (Koeswinarno, 2004).
Menurut data Direktorat Jenderal Administrasi dan Kependudukan Departemen Dalam Negeri, jumlah waria di Indonesia tahun 2005 lalu, mencapai 400.000 jiwa. Jumlah ini masih berupa fenomena gunung es, karena masih banyak waria yang belum masuk dalam hitungan, dan disinyalir angka ini akan terus bertambah setiap tahunnya (Sujatmiko dalam Tempointeraktif, 2005).
Sebagai individu maupun mahluk sosial, waria berusaha untuk mendapat bagian dalam berbagai ruang sosial (Koeswinarno, 2004). Berbagai cara mereka lalui untuk mendapat pengakuan atas keberadaan mereka, diantaranya adalah munculnya penyelenggaraan kontes Miss Waria, baik di tingkat daerah maupun nasional dan munculnya berbagai figur waria ke permukaan, baik melalui keahlian dan kecerdasan mereka.
Belakangan ini kaum homoseksual khususnya kaum waria semakin berani untuk mengungkapkan keberadaan atau eksistensinya dalam masyarakat, hal ini ditandai dengan informasi-informasi yang berkembang di media massa tentang berita yang menceritakan kehidupan kaum Waria sehingga menyebabkan berkembangnya kelompok-kelompok atau komunitas sebagai wadah aktualisasi yang dapat menampung aspirasi dan kreatifitas dari kaum yang dianggap marginal ini.
Akhir-akhir ini semakin banyak individu waria, dahulu kaum waria menyembuyikan keberadaannya di masyarakat tetapi sekarang mereka tidak lagi meneyembuyikan keberadaanya justru semkin tidak malu dengan menjadi waria.
Ada pula kaum waria yang menikah dengan pria (homosex). Namun perikahannya tidak di lakukan di KUA karena di Negara Indonesia ini tidak melegalkan pernikahan sejenis. Kaum waria ini menikah secara diam diam,Dengan penghulu palsu dan saksi palsu.
B.  Rumusan  Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.      Bagaimana  Konstuksi masyarakat Malang terhadap Waria ?
2.      Bagaimana pola hidup waria di masyarakat ?

C.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah : pertama untuk mendiskripsikan konstruksi masyarakat terhadap waria dan kedua untuk mengidentifikasi kaum waria hidup bermasyarakat baik interaksinya,pola hidupnya dan alasan menjadi individu waria.

D.  Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis
Menambah wacana baru tentang studi masalah fenomenologi waria . Memberikan gambaran pola kehidupan waria, baik interaksinya , kronologinya menjadi waria dan sekaligus memberikan gambaran konstruksi masyrakat terhdapa waria.
2.      Manfaat  Praktis
Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai bagaimana kaum waria melakukan interaksi , pola kehidupannya bermasyrakat dan juga bisa menjadi suatu kebijakan yang akan di tetapkan mengenai kamu waria. Atau solusi yang tepat mengenai kaum waria,ketika sudah di ketahui penyebab atau asal mula menjadi waria.

                                                                                                   


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Penelitian Terdahulu

No
Nama Penulis
Judul
Isi
Relevansi
1.
Galis Lutfiana (20013) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung
Tingkat Self Disclosure Pada Waria Dalam Berkomunikasi (Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Self Disclosure pada Waria di Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Tanggamus)
Waria melakukan self disclosure hanya pada teman perempuannya saja. Keterbukaannya itu menghasilkan hubungan yang positif, karena setelah para teman perempuannya mengetahui orientasi seksualnya dapat menerima dan masih menjalin hubungan pertemanan hingga sekarang.
Penelitian ini mengacu pada interaksi waria.
2.
Amalia B (2015) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Fashion dan Identitas Diri Waria (Studi Etnografi Simbol-simbol Komunikasi Nonverbal dalam Fashion Sebagai Bentuk Identitas Diri di Kalangan Waria di Kota Yogyakarta)
Dalam penelitian ini terlihat bagaimana simbol-simbol sosial dalam fashion, dimaknai dan mampu memberikan identitas bagi diri waria dengan melalui pakaian, make up dan aksesori
Penelitian ini meneliti cara berpakaian waria.
3.
Juliatri (2012) Fakultas Bahasa dan Sastra. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Negeri Padang.
Tindak Tutur Komunitas Waria di Pasar Ujung Gading Pasaman Barat
Komunitas waria sering menggunakan tindak tutur asertif yakni memberitahukan. Ragam bahasa yang sering digunakan oleh komunitas waria di Pasar Ujung Gading Pasaman Barat yakni menggunakan ragam santai (casual) dan ragam akrab (intimate)
Peneitian ini meneliti tindakan dan tutur kata waria.
B.  Konsep Konstuksi
Konstruksi : Bagunan atau susunan pola berfikir. Konstruksi juga dapat di artikan sebagai cara berfikir individu atau kelompok , baik cara pandangan terhadap sesuatu hal. Tetapi di sini yang Peneliti maksud ada cara pandang masyarakat terhadap fenomena waria. Waria adalah merupakan singkatan wanita pria, atau dapat di artikan pria yang menyerupai wanita. Penelitian ini ingin mendeskipikan bagaimana pandangan masyarakat tentang waria, namun tidak hanya itu saja tetapi juga lebih mendalam bagaiamana waria ini berinteraksi dengan masyarakat.







C.  Konsep Masyarakat
Peneliti memaknai bahwa masyarakat adalah persatuan dari beberapa anggota keluarga yang menjadi satu yang membentuk sub sistem sosial. Dapat di artikan masyarakat bahwa kumpulan beberapa individu yang mendiami suatu wilayah tertenu.
Menurut wikipedia Indonesia bahwa: Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok  manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocok tanam, dan masyarakat yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.
Masyarakat (society) berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

D.  Konsep Waria
Waria (gabungan dari Wanita-pria) adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keberadaan waria telah tercatat lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbedabeda dalam setiap masyarakat.
Walaupun dapat terkait dengan kondisi fisik seseorang, gejala waria adalah bagian dari aspek sosial transgenderisme. Seorang laki-laki memilih menjadi waria dapat terkait dengan keadaan biologisnya , orientasi seksual (homoseksualitas), maupun akibat pengondisian lingkungan pergaulan. Sebutan bencong atau banci juga dikenakan terhadap waria dan bersifat negatif.
Menurut Atmojo (1986) waria adalah laki– laki yang berdandan dan berperilaku sebagai wanita, istilah waria diberikan bagi penderita transeksual yaitu seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan jiwanya. Waria merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial di Indonesia, baik di tinjau dari segi psikologis, sosial, norma, maupun secara fisik. Kehidupan mereka cenderung hidup berglamour dan eksklusif atau membatasi diri pada komunitasnya saja. Mereka sering terjerumus pada dunia pelacuran dan hal-hal lain yang menurut agama, dan nilai masyarakat menyimpang. Secara fisik memang menggambarkan mereka adalah laki-laki tetapi sifat dan perilaku menggambarkan wanita.
Waria adalah mereka yang merasa tidak nyaman dengan peran gender yang seharusnya dan hidup dengan peran gender kebalikan, namun tidak berniat melakukan operasi ganti kelamin. Waria adalah sebuah kata yang ditujukan untuk menggambarkan sosok pria dewasa yang berperilaku layaknya seorang perempuan, mereka masih berjenis kelamin laki-laki, meskipun mereka telah memiliki payudara layaknya seorang perempuan dewasa.


E.  Kerangka Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah interaksi simbolik, karena interaksi simbolik berfokus pada perilaku peran, interaksi antar individu, serta tindakan-tindakan dan komunikasi yang diamati. Teori interaksi simbolik dipengaruhi oleh struktur sosial yang membentuk atau menyebabkan perilaku tertentu, yang kemudian membentuk simbolisasi dalam interaksi sosial di masyarakat. Teori interaksi simbolik menekankan dua hal. Pertama, manusia dalam masyarakat tidak pernah lepas dari interaksi sosial. Kedua, interaksi dalam masyarakat berwujud dalam simbol-simbol tertentu yang sifatnya dinamis.
Menurut Mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan memilih dan menggunakan simbol-simbol yang bermakna. Melaui proses interaksi dengan dirinya sendiri itu, individu memilih mana diantara stimulus yang tertuju padanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak secara langsung menanggapi stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan stimulus yang akan ditanggapinya.
Simbol atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam melakukan interaksi mempunyai makna-makna tertentu , sehingga dapat menimbulkan komunikasi.  Menurut Mead, komunikasi secara murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak saja memberikan makna pada perilaku mereka sendiri, tetapi memahami atau berusaha memahami makna yang diberikan oleh pihak lain. Dalam hubungan ini, Habermas mengemukakan dua  kecendrungan fungsional dalam argument bahasa dan komunikasi serta hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, bahwa manusia dapat mengarahkan orientasi perilaku mereka pada konsekuensi-konsekuensi yang paling positif . Kedua, sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat dalam interaksi makna yang kompleks dengan orang yang lain, dapat memaksa mereka untuk cepat berinteraksi dengan apa yang diinginkankan orang lain.



Berdasarkan apa yang menjadi dasar kehidupan kelompok manusia atau masyarakat, beberapa ahli dari paham Interaksi Simbolik menunjuk pada “komunikasi” atau secara khusus “simbol-simbol” sebagai kunci untuk memahami hidup manusia itu. Interaksi Simbolik menunjuk pada sifat khas dari interaksi antarmanusia (Ahmadi, 2008:302).
 Kaitan antara simbol dan komunikasi terdapat dalam salah satu prinsip-prinsip komunikasi yang dikemukan Mulyana (dalam Ahmadi, 2008:304) mengenai komunikasi adalah suatu proses simbolik. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal dan objek yang maknanya disepakati bersama.
Simbol yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan bahasa yang digunakan oleh komunitas Gaylam Lampung baik secara verbal maupun nonverbal. Simbol adalah objek sosial dalam interaksi yang digunakan sebagai perwakilan dan komunikasi yang ditentukan oleh individu yang menggunakannya. Individuindividu tersebut memberi arti, menciptakan dan mengubah objek di dalam interaksi (Charron, dalam Ahmadi, 2008:302).













BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif sehingga dalam menggali data di lapangan harus holistik atau menyeluruh maupun secara tuntas dan tidak ada data yang kurang.
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian Fenomenologi yang berkaitan dengan fenomena waria yang ada di masyarakat, harapannya dapat mendeskripsikan konstruksi masyarakat terhadap waria dan juga pola perilaku yang di lakukan oleh waria secara menyeluruh, mulai dari interaksinya, tata berbusananya dan juga konstruksi masyarakat terhadap waria tersebut.

B.   Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Malang karena menurut masyarakat Malang sendiri bahwa komunitas waria di Malang juga cukup banyak sekali. Sehinga peneliti meneliti di Malang , dengan harapan dapat mendapatkan data tentang waria dengan lebih lengkap dan lebih mendalam.

C.  Teknik Penentuan Subjek
Penelitian ini penentuan subjek menggunakan teknik Snowball Sampling, dengan harapan peneliti mendapatkan data tentang fenomena waria di Malang dengan lebih lengkap dan mendalam . Menggunakan teknik Snowball Sampling supaya dapat mengetahui baik interaksinya waria , pola perilakunya waria dan konstruksi setempat dengan adanya fenomena waria sersebut.
Mekanismenya yaitu : yang pertama dengan observasi ke Masyarakat setempat mengenai pandangan maupun konstruksi masyarakat setempat dengan adanya fenomena waria . Kedua dengan observasi langsung ke komunitas waria di malang dan mewawancarai secara bergiliran ( snowball ), dengan harapan mendapat data yang lengkap. Jika di rasa sudah tidak ada data yang baru maka observasi di anggap cukup.
D.  Teknik Pengumpulan Data

1.      Dokumen Wawancara
Dalam penelitian dilakukan wawancara dengan pertanyaan, sehingga subjek dapat memberikan informasi yang tidak terbatas dan mendalam dari berbagai perspektif. Semua wawancara dibuat transkip dan disimpan dalam file teks.

2.      Catatan Pengamatan
Catatan pengamatan merupakan dari teknik pengumpulan data kualitatif. Pengamatan untuk memperoleh data dalam penelitian ini diharapkan dapat teliti untuk mendengarkan dan perhatian yang hati-hati dan terperinci pada apa yang dilihat. Catatan pengamatan pada penelitian ini berupa tulisan tangan. Harapannya supaya segala data yang bersifat terlihat oleh panca indra dapat dicatat.

3.       Rekaman Audio
Rekaman audio ialah teknik pengumpulan data kualitatif. Dalam melakukan wawancara tidak jarang dibuat rekaman audio begitupun dengan Penelitian ini . Untuk menangkap inti pembicaraan diperlukan kejelian dan pengalaman individu yang melakukan wawancara. Harapannya  dapat merekam suara wawancara sehingga dapat digunakan untuk menggali isi wawancara lebih lengkap pada saat pengolahan data dilakukan. Melalui rekaman audio ini supaya tidak kehilangan atau meminimalisir kelupaan.

4.      Rekaman Video
Rekaman video merupakan teknik pengumpulan data kualitatif. Dalam penelitian sering dibuat rekaman video untuk melengkapi data. Rekaman video dapat digunaan untuk menggali isi video lebih dalam pada saat pengolahan data dilakukan.

E.  Teknik Analisa Data
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.

1.    Reduksi Data
Reduksi data merupakan teknik analisis data kualitatif. Reduksi data dalam penelitian ini yang berfungsi untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan teknik analisis data kualitatif. Penyajian data dalam penelitian ini merupakan kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data dalam penelitian ini berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.

3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan dari teknik analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan ini hasil yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.





DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2008. Interaksi simbolik . Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
George Riter, Douglas J. Goodman, Edit. Tri Wibowo Budi Santoso, Teori Sosiologi Modern, Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2007.
Koeswinarno.2004. Hidup sebagi Waria. Yogjakarta : PT LkiS Pelangi Aksara.
Menurut Atmojo .1986 . Genders and Sexualities in Indonesian Cinema: Constructing Gay danLesbi . Jakarta : HIWAD Jakarta Wadam association.
Sujatmiko,bambang. 2005. kependuduakn dalam negeri. Surabaya  : Airlangga.
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani. Pemikiran Syaikh Taqyuddin An-Nabhani terhadap masyrakat. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Trimbunnews.2017. Ada  7 juta waria di indonesia . Jakarta . Dalam laman http://www.tribunnews.com/metropolitan/2015/03/02/ada-7-juta-waria-di-indonesia diakses pada pukul 04: 05 pada 11 Juni 2017.

Wikipedia. 2015. Pengertian Masyarakat. Malang: Dalam laman https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat diakses pada pukul 03:35 pada 10 Juni 2017.