|
PROPOSAL
PENELITIAN
Konstuksi Masyarakat Malang
Terhadap Waria
(Studi Fenomenologi di Kalangan Waria di Malang)
Disusun Oleh :
Afif Aufal ‘Ibat (201510310311150)
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya banyak suku dan juga
banyak budaya . Saat ini banyak perilaku masyarakat yang menyimpang dari kodrat
yang di tetapkan oleh tuhan yang maha Esa seperti halnya pria yang berperilaku
seperti wanita atau yang sering dikatakan wanita pria.
Masyarakat Indonesia tidak menerima dengan individu yang
berperilaku seperti waria apalagi sampai dengan pernikahan sejenis, karena banyak
kita tahu bahwa indonesia merupakan negara yang masyarakatanya memeluk agama
Islam dan secara tidak langsung juga mempengaruhi pola berfikir masyarakat, di
karenakan juga agama Islam juga melaknat pria yang berperilaku dan berbusana
layaknya perempuan.
Menurut :Timbunnews.com, JAKARTA - Kisah Vio merupakan salah satu
potret kaum waria yang terpaksa menjajakan dirinya untuk mencukupi kebutuhan
hidup.Selain dia, terdapat ratusan ribu bahkan jutaan waria lain yang bernsaib
sama.Seperti yang diungkapkan Yulianus Rettoblaut selaku Ketua Forum Waria
Indonesia, pada survey 2008, di Indonesia terdapat sekitar tujuh juta kaum
waria. Sementara, khusus di Jakarta terdapat sekitar 8.000 waria.
Banyak waria kemudian menjadi Pekerja Seks Komersial atau pengamen
jalanan, kata Yulianus atau yang karib disapa Mami Yuli lebih karena terdesak
kebutuhan hidup.
“Kenyataannya banyak waria yang diusir dari rumah dan mereka susah
menadapatkan pekerjaan.Mereka akhirnya pergi ke jalan demi bertahan hidup.
Mereka tidak punya pilihan lain,” kata Mami Yuli.
Jakarta, kata Mami Yuli, menjadi kota tujuan utama bagi waria yang
terasing dari kehidupan keluarganya.Itu kenapa jumlah waria di Jakarta terus
mengalami pertumbuhan setiap tahun.Meskipun beberapa organisasi atau Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) secara rutin melakukan pelatihan kerja dan
menyalurkannya.
“Dari 8.000 waria, sekitar 3.000 di antaranya sudah tertangani.
Maksudnya, mereka sudah mendapatkan pelatihan dan bekerja di beberapa bidang
usaha, seperti salon, pembuatan kue dan sebagainya.”
“Masalahnya, setiap bulan banyak waria dari daerah yang datang dan
mereka terpaksa menjadi PSK karena sulit mendapat pekerjaan. Itu menjadi
problem bagi kami untuk mengurangi jumlah waria PSK di Jakarta,” imbuhnya.
Dari mana bantuan itu datang? Menurut Mami Yuli, setiap tahun
Kementrian Sosial (Kemensos) rutin memberikan bantuan meskipun jumlahnya tidak
terlalu besar, Rp98 juta.Bantuan akan diberikan hingga tahun 2020.
“Bantuan yang diberikan memang untuk jangka pendek. Bentuknya,
pelatihan kerja dan pemberian modal. Tapi dengan uang sejumlah itu memang belum
bisa menyentuh kaum waria lebih banyak,” jelasnya.
Undang-undang indonesia juga tidak ada yang mencatumkan bahwa memperbolehkan pernikahan sejenis. Kenyataan
yang ada di masyarakat banyak juga pria yang perilaku, cara berinteraksi maupun
berbusana seperti perempuan. Ini merupakan suatu perilaku yang tidak patut
untuk ditiru.Sekelompok waria biasanya kumpul di jembatan untuk menawarkan dan
mempromosikan diri, untuk memuaskan nafsu sex kepada pria yang berminat.
Menurut saya ini sudah termasuk penyimpangan perilaku yang ada di
masyarakat Khususnya di Malang.Penyimpangan ini juga membuat resah masyarakat
sekitar, masyarakat sekitar merasa risih dengan adanya kelompok kelompok waria
di malang ini. Karena mereka melakukan hubungan sex dengan sesama jenis dan
sasarannya adalah warga di sekitar.
Namun sampai saat ini juga tidak ada ketegasan dari pemerintah terkait adanya kelompok waria ini. Kalaupun ketahuan
mungkin hanya di amankan oleh SATPOL PP, namun tidak ada pembinaan yang tepat.
Saya di sini sebagai peneliti ingin mengetahui kontruksi masyarakat dengan
adanya waria.
Dunia waria, wadam atau banci, merupakan bentuk kehidupan yang unik
bagi banyak orang. Secara fisik mereka adalah laki-laki normal, memiliki
kelamin yang normal, namun mereka merasa dirinya perempuan, dan berpenampilan
tidak ubahnya seperti kaum perempuan lainnya (Koeswinarno, 2004).
Menurut data Direktorat Jenderal Administrasi dan Kependudukan
Departemen Dalam Negeri, jumlah waria di Indonesia tahun 2005 lalu, mencapai
400.000 jiwa. Jumlah ini masih berupa fenomena gunung es, karena masih banyak
waria yang belum masuk dalam hitungan, dan disinyalir angka ini akan terus
bertambah setiap tahunnya (Sujatmiko dalam Tempointeraktif, 2005).
Sebagai individu maupun mahluk sosial, waria berusaha untuk
mendapat bagian dalam berbagai ruang sosial (Koeswinarno, 2004). Berbagai cara
mereka lalui untuk mendapat pengakuan atas keberadaan mereka, diantaranya
adalah munculnya penyelenggaraan kontes Miss Waria, baik di tingkat daerah
maupun nasional dan munculnya berbagai figur waria ke permukaan, baik melalui
keahlian dan kecerdasan mereka.
Belakangan ini kaum homoseksual khususnya kaum waria semakin berani
untuk mengungkapkan keberadaan atau eksistensinya dalam masyarakat, hal ini
ditandai dengan informasi-informasi yang berkembang di media massa tentang
berita yang menceritakan kehidupan kaum Waria sehingga menyebabkan
berkembangnya kelompok-kelompok atau komunitas sebagai wadah aktualisasi yang
dapat menampung aspirasi dan kreatifitas dari kaum yang dianggap marginal ini.
Akhir-akhir ini semakin banyak individu waria, dahulu kaum waria
menyembuyikan keberadaannya di masyarakat tetapi sekarang mereka tidak lagi
meneyembuyikan keberadaanya justru semkin tidak malu dengan menjadi waria.
Ada pula kaum waria yang menikah dengan pria (homosex). Namun
perikahannya tidak di lakukan di KUA karena di Negara Indonesia ini tidak
melegalkan pernikahan sejenis. Kaum waria ini menikah secara diam diam,Dengan
penghulu palsu dan saksi palsu.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalahnya sebagai berikut:
1.
Bagaimana Konstuksi masyarakat Malang terhadap Waria ?
2.
Bagaimana pola
hidup waria di masyarakat ?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
latar belakang yang sudah disebutkan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini
adalah : pertama untuk mendiskripsikan konstruksi masyarakat terhadap waria dan
kedua untuk mengidentifikasi kaum waria hidup bermasyarakat baik
interaksinya,pola hidupnya dan alasan menjadi individu waria.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Menambah wacana baru tentang studi masalah fenomenologi waria . Memberikan
gambaran pola kehidupan waria, baik interaksinya , kronologinya menjadi waria
dan sekaligus memberikan gambaran konstruksi masyrakat terhdapa waria.
2.
Manfaat Praktis
Untuk menambah
ilmu pengetahuan mengenai bagaimana kaum waria melakukan interaksi , pola
kehidupannya bermasyrakat dan juga bisa menjadi suatu kebijakan yang akan di
tetapkan mengenai kamu waria. Atau solusi yang tepat mengenai kaum waria,ketika
sudah di ketahui penyebab atau asal mula menjadi waria.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Penelitian
Terdahulu
No
|
Nama
Penulis
|
Judul
|
Isi
|
Relevansi
|
1.
|
Galis Lutfiana (20013) Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung
|
Tingkat Self Disclosure Pada Waria Dalam Berkomunikasi
(Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Self Disclosure pada Waria di
Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Tanggamus)
|
Waria melakukan self disclosure hanya pada teman
perempuannya saja. Keterbukaannya itu menghasilkan hubungan yang positif,
karena setelah para teman perempuannya mengetahui orientasi seksualnya dapat
menerima dan masih menjalin hubungan pertemanan hingga sekarang.
|
Penelitian ini mengacu pada interaksi waria.
|
2.
|
Amalia B (2015) Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
|
Fashion dan
Identitas Diri Waria (Studi Etnografi Simbol-simbol Komunikasi Nonverbal
dalam Fashion Sebagai Bentuk Identitas Diri di Kalangan Waria di Kota
Yogyakarta)
|
Dalam penelitian ini terlihat bagaimana simbol-simbol sosial
dalam fashion, dimaknai dan mampu memberikan identitas bagi diri waria
dengan melalui pakaian, make up dan aksesori
|
Penelitian ini meneliti cara berpakaian waria.
|
3.
|
Juliatri (2012) Fakultas
Bahasa dan Sastra. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Universitas Negeri Padang.
|
Tindak Tutur Komunitas Waria di Pasar Ujung Gading Pasaman Barat
|
Komunitas waria sering menggunakan tindak tutur asertif yakni
memberitahukan. Ragam bahasa yang sering digunakan oleh komunitas waria di
Pasar Ujung Gading Pasaman Barat yakni menggunakan ragam santai (casual) dan
ragam akrab (intimate)
|
Peneitian ini meneliti tindakan dan tutur kata waria.
|
B.
Konsep
Konstuksi
Konstruksi
: Bagunan atau susunan pola berfikir. Konstruksi juga dapat di artikan sebagai
cara berfikir individu atau kelompok , baik cara pandangan terhadap sesuatu
hal. Tetapi di sini yang Peneliti maksud ada cara pandang masyarakat terhadap
fenomena waria. Waria adalah merupakan singkatan wanita pria, atau dapat di
artikan pria yang menyerupai wanita. Penelitian ini ingin mendeskipikan
bagaimana pandangan masyarakat tentang waria, namun tidak hanya itu saja tetapi
juga lebih mendalam bagaiamana waria ini berinteraksi dengan masyarakat.
C.
Konsep
Masyarakat
Peneliti
memaknai bahwa masyarakat adalah persatuan dari beberapa anggota keluarga yang
menjadi satu yang membentuk sub sistem sosial. Dapat di artikan masyarakat
bahwa kumpulan beberapa individu yang mendiami suatu wilayah tertenu.
Menurut
wikipedia Indonesia bahwa: Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society)
adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi
terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar
dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah
masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu
sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok
orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok
manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki
pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan
tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat
sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian.
Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat
pastoral nomadis, masyarakat bercocok tanam, dan masyarakat yang juga disebut
masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan
pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat
agrikultural tradisional.
Masyarakat
dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan
kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan
masyarakat negara.
Masyarakat
(society) berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan
persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang
berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata
sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap
anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan
bersama.
D.
Konsep Waria
Waria
(gabungan dari Wanita-pria) adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai
perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keberadaan waria telah tercatat lama
dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbedabeda dalam setiap masyarakat.
Walaupun
dapat terkait dengan kondisi fisik seseorang, gejala waria adalah bagian dari
aspek sosial transgenderisme. Seorang laki-laki memilih menjadi waria dapat
terkait dengan keadaan biologisnya , orientasi seksual (homoseksualitas),
maupun akibat pengondisian lingkungan pergaulan. Sebutan bencong atau banci
juga dikenakan terhadap waria dan bersifat negatif.
Menurut
Atmojo (1986) waria adalah laki– laki yang berdandan dan berperilaku sebagai
wanita, istilah waria diberikan bagi penderita transeksual yaitu seseorang yang
memiliki fisik berbeda dengan jiwanya. Waria merupakan salah satu penyandang
masalah kesejahteraan sosial di Indonesia, baik di tinjau dari segi psikologis,
sosial, norma, maupun secara fisik. Kehidupan mereka cenderung hidup berglamour
dan eksklusif atau membatasi diri pada komunitasnya saja. Mereka sering
terjerumus pada dunia pelacuran dan hal-hal lain yang menurut agama, dan nilai
masyarakat menyimpang. Secara fisik memang menggambarkan mereka adalah
laki-laki tetapi sifat dan perilaku menggambarkan wanita.
Waria
adalah mereka yang merasa tidak nyaman dengan peran gender yang seharusnya dan
hidup dengan peran gender kebalikan, namun tidak berniat melakukan operasi
ganti kelamin. Waria adalah sebuah kata yang ditujukan untuk menggambarkan
sosok pria dewasa yang berperilaku layaknya seorang perempuan, mereka masih
berjenis kelamin laki-laki, meskipun mereka telah memiliki payudara layaknya
seorang perempuan dewasa.
E.
Kerangka Teori
Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah interaksi simbolik, karena interaksi
simbolik berfokus pada perilaku peran, interaksi antar individu, serta
tindakan-tindakan dan komunikasi yang diamati. Teori interaksi simbolik
dipengaruhi oleh struktur sosial yang membentuk atau menyebabkan perilaku
tertentu, yang kemudian membentuk simbolisasi dalam interaksi sosial di
masyarakat. Teori interaksi simbolik menekankan dua hal. Pertama, manusia dalam
masyarakat tidak pernah lepas dari interaksi sosial. Kedua, interaksi dalam
masyarakat berwujud dalam simbol-simbol tertentu yang sifatnya dinamis.
Menurut
Mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan
memilih dan menggunakan simbol-simbol yang bermakna. Melaui proses interaksi
dengan dirinya sendiri itu, individu memilih mana diantara stimulus yang
tertuju padanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak secara
langsung menanggapi stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian
memutuskan stimulus yang akan ditanggapinya.
Simbol
atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam melakukan interaksi mempunyai
makna-makna tertentu , sehingga dapat menimbulkan komunikasi. Menurut
Mead, komunikasi secara murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak saja
memberikan makna pada perilaku mereka sendiri, tetapi memahami atau berusaha
memahami makna yang diberikan oleh pihak lain. Dalam hubungan ini, Habermas
mengemukakan dua kecendrungan fungsional dalam argument bahasa dan
komunikasi serta hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, bahwa manusia
dapat mengarahkan orientasi perilaku mereka pada konsekuensi-konsekuensi yang
paling positif . Kedua, sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat dalam
interaksi makna yang kompleks dengan orang yang lain, dapat memaksa mereka
untuk cepat berinteraksi dengan apa yang diinginkankan orang lain.
Berdasarkan
apa yang menjadi dasar kehidupan kelompok manusia atau masyarakat, beberapa
ahli dari paham Interaksi Simbolik menunjuk pada “komunikasi” atau secara
khusus “simbol-simbol” sebagai kunci untuk memahami hidup manusia itu.
Interaksi Simbolik menunjuk pada sifat khas dari interaksi antarmanusia
(Ahmadi, 2008:302).
Kaitan antara simbol dan komunikasi terdapat
dalam salah satu prinsip-prinsip komunikasi yang dikemukan Mulyana (dalam
Ahmadi, 2008:304) mengenai komunikasi adalah suatu proses simbolik. Lambang
atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya,
berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan
verbal), perilaku nonverbal dan objek yang maknanya disepakati bersama.
Simbol
yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan bahasa yang digunakan oleh
komunitas Gaylam Lampung baik secara verbal maupun nonverbal. Simbol adalah
objek sosial dalam interaksi yang digunakan sebagai perwakilan dan komunikasi
yang ditentukan oleh individu yang menggunakannya. Individuindividu tersebut
memberi arti, menciptakan dan mengubah objek di dalam interaksi (Charron, dalam
Ahmadi, 2008:302).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Pendekatan dan
Jenis Penelitian
Pendekatan
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif sehingga dalam menggali
data di lapangan harus holistik atau menyeluruh maupun secara tuntas dan tidak
ada data yang kurang.
Jenis
penelitian ini menggunakan jenis penelitian Fenomenologi yang berkaitan dengan
fenomena waria yang ada di masyarakat, harapannya dapat mendeskripsikan
konstruksi masyarakat terhadap waria dan juga pola perilaku yang di lakukan
oleh waria secara menyeluruh, mulai dari interaksinya, tata berbusananya dan
juga konstruksi masyarakat terhadap waria tersebut.
B.
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini mengambil lokasi di Malang karena menurut masyarakat Malang sendiri bahwa
komunitas waria di Malang juga cukup banyak sekali. Sehinga peneliti meneliti
di Malang , dengan harapan dapat mendapatkan data tentang waria dengan lebih
lengkap dan lebih mendalam.
C.
Teknik
Penentuan Subjek
Penelitian
ini penentuan subjek menggunakan teknik Snowball Sampling, dengan harapan
peneliti mendapatkan data tentang fenomena waria di Malang dengan lebih lengkap
dan mendalam . Menggunakan teknik Snowball Sampling supaya dapat mengetahui
baik interaksinya waria , pola perilakunya waria dan konstruksi setempat dengan
adanya fenomena waria sersebut.
Mekanismenya
yaitu : yang pertama dengan observasi ke Masyarakat setempat mengenai pandangan
maupun konstruksi masyarakat setempat dengan adanya fenomena waria . Kedua
dengan observasi langsung ke komunitas waria di malang dan mewawancarai secara
bergiliran ( snowball ), dengan harapan mendapat data yang lengkap. Jika di
rasa sudah tidak ada data yang baru maka observasi di anggap cukup.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
1.
Dokumen
Wawancara
Dalam
penelitian dilakukan wawancara dengan pertanyaan, sehingga subjek dapat
memberikan informasi yang tidak terbatas dan mendalam dari berbagai perspektif.
Semua wawancara dibuat transkip dan disimpan dalam file teks.
2.
Catatan
Pengamatan
Catatan
pengamatan merupakan dari teknik pengumpulan data kualitatif. Pengamatan untuk memperoleh
data dalam penelitian ini diharapkan dapat teliti untuk mendengarkan dan
perhatian yang hati-hati dan terperinci pada apa yang dilihat. Catatan
pengamatan pada penelitian ini berupa tulisan tangan. Harapannya supaya segala
data yang bersifat terlihat oleh panca indra dapat dicatat.
3.
Rekaman Audio
Rekaman
audio ialah teknik pengumpulan data kualitatif. Dalam melakukan wawancara tidak
jarang dibuat rekaman audio begitupun dengan Penelitian ini . Untuk menangkap
inti pembicaraan diperlukan kejelian dan pengalaman individu yang melakukan
wawancara. Harapannya dapat merekam
suara wawancara sehingga dapat digunakan untuk menggali isi wawancara lebih
lengkap pada saat pengolahan data dilakukan. Melalui rekaman audio ini supaya
tidak kehilangan atau meminimalisir kelupaan.
4.
Rekaman Video
Rekaman video merupakan teknik pengumpulan data kualitatif. Dalam
penelitian sering dibuat rekaman video untuk melengkapi data. Rekaman video
dapat digunaan untuk menggali isi video lebih dalam pada saat pengolahan data
dilakukan.
E.
Teknik Analisa
Data
Menurut
Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif yaitu
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung
terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul.
1.
Reduksi Data
Reduksi
data merupakan teknik analisis data kualitatif. Reduksi data dalam penelitian
ini yang berfungsi untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir
dapat diambil.
2. Penyajian Data
Penyajian
data merupakan teknik analisis data kualitatif. Penyajian data dalam penelitian
ini merupakan kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi
kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data dalam
penelitian ini berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks,
grafik, jaringan dan bagan.
3.
Penarikan Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan merupakan dari teknik analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan
ini hasil yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2008. Interaksi simbolik . Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
George Riter, Douglas J. Goodman, Edit. Tri Wibowo Budi Santoso, Teori
Sosiologi Modern, Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2007.
Koeswinarno.2004. Hidup sebagi Waria. Yogjakarta : PT LkiS
Pelangi Aksara.
Menurut Atmojo .1986 . Genders and Sexualities in Indonesian
Cinema: Constructing Gay danLesbi . Jakarta : HIWAD Jakarta Wadam
association.
Sujatmiko,bambang. 2005. kependuduakn dalam negeri. Surabaya : Airlangga.
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani. Pemikiran Syaikh Taqyuddin
An-Nabhani terhadap masyrakat. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Trimbunnews.2017. Ada 7
juta waria di indonesia . Jakarta . Dalam laman http://www.tribunnews.com/metropolitan/2015/03/02/ada-7-juta-waria-di-indonesia
diakses pada pukul 04: 05 pada 11
Juni 2017.
Wikipedia. 2015. Pengertian Masyarakat. Malang: Dalam laman https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
diakses pada pukul 03:35 pada 10 Juni 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar